
Pulau Obi saat ini menjadi salah satu wilayah menarik karena kekayaan nikel dan kandungannya sangat tinggi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia menyimpan kekayaan mineral berupa nikel sangat besar.
Kandungan nikel mencapai 72 ton dan Pulau Obi merupakan salah satu pusat lokasi dari kandungan nikel tersebut. Tidak heran lagi apabila pulau ini menjadi banyak dikenal sejao adanya tambang dan pengolahan nikel di wilayah tersebut.
Dengan kualitas nikel yang bagus membuat nikel dari Pulau Obi di ekspor ke beberapa negara Tiongkok, Jepang, Korea, Filipina dan masih banyak lainnya. Ada beberapa industri pengolahan dengan menggunakan bahan feronikel, produk berlapis stainless yang digunakan sehari-hari dan industri pemurnian produk akhir berupa Mixed Hydroxide Precipitate yaitu material penting bahan baku untuk baterai mobil listrik.
Komoditas nikel di Pulau Obi menjadi cukup tinggi di tengah-tengah gencarnya pengembangan dan produksi mobil listrik. Mobil listrik yang ramah lingkungan memang menjadi pilihan terbaik dan diberdayakan saat ini.
Mobil tersebut membutuhkan kehadiran dari baterai sebagai bagian yang bertanggung jawab di dalam menyimpan energi listrik, karena tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil seperti BBM. Sedangkan, untuk nikel sendiri menjadi bahan utama di dalam produksi baterai dan Pulau Obi mendapatkan dampak posotif dari trens mobil listrik.
Herita Nickel menjadi perusahan utama yang bergerak di dalam bidang penambangan dan pengolahan nikel di pulau tersebut. Pulau Obi belum bisa dibilang sebagai salah satu pulau dengan tingkat perekonomian yang bagus.
Tingkat perekonomian masyarakat di Pulau Obi dan Maluku Utara memang berada pada tengah menengah. Bahkan untuk tingkat pendidikan di wilayah tersebut juga terbilang cukup rendah.
Namun, situasinya mulai berubah seiring perkembangan tambang dan pengolahan nikel dari Harita Nickel. Perusahaan tersebut mengolah jenis nikel limonite yang dianggap tidak terlalu tinggi nilai ekonomisnya karena kadar atau kandungan nikel nya rendah.
Dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid LeaCh atau HPAL yang digunakan, nikel limonite bisa diolah dan menghasilkan produk mixed hydroxide precipitate. Dampak ini memberikan efek positif bagi masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh Yufita Tuhuteru dan Rizky Apriyanto.
Beliau sudah lama bekerja di perusahaan tambang tersebut dan ada dampak positif yang diberikan bagi perekonomian lokal di Maluku Utara. Penduduk lokal mendapatkan layanan prioritas untuk bekerja atau menjadi tenaga kerja di Harita Nickel beserta anak perusahaan lain disana.
Tidak hanya sekedar membuka lapangan kerja saja, ada pelatihan dan fasilitas lain untuk mempersiapkan generasi muda disana. Yufita, Rizky dan masih banyak pemuda lainnya yang masih berusia dibawah 30 tahun juga bisa meniti karir bagus.
Ditambah lagi, pengelolaan limbah di perusahaan tambang Harita Nickel sangat baik. Emosi karbon dioksida dari proses HPAL tidak terlalu tinggi dan aman bagi lingkungan sekitar.
Limbah padat yang dihasilkan juga masih aman bagi lingkungan. Sehingga bisa digunakan untuk menutup lubang bekas tambang yang ada. Yufita dan Rizky berhubungan langsung dengan pihak pengelolaan limbah dan perawatan lingkungan. Sehingga beliau tahu dengan dampak positif yang ada di Pulau Obi.
Tambang Nikel di Pulau Obi Penghasil Bahan Baku Mobil Listrik
Belum habis kekayaan tambang yang dimiliki oleh Tanah Air. Kali ini ada satu mineral yang disebut sebagai harta karun di dunia, yaitu nikel. Perkembangan mobil listrik ini sangat bergantung dengan nikel.
Sebelumnya, tidak semua jenis nikel dianggap bagus dan salah satunya limonit. Berdasarkan jurnal Metal Indonesia, bijih limonit mempunyai kandungan kadar nikel yang rendah. Sehingga sering dianggap tidak ekonomis.
Bijih limonit bisa diekstrak menjadi nikel dan kobalt dengan menggunakan teknologi tinggi. Selain itu, nikel dan kobalt secara maksimal bisa diekstrak dalam Autoclave dengan bantuan asam sulfat konsentrasi tinggi dan waktu pelindian yang relatif singkat.
Proses secara keseluruhan pengolahan dan pemurnian bijih limonit cukup kompleks dan sulit, karena kadar nikel nya rendah. Meski begitu, perusahaan Harita Nickel melalui unit usahanya Halmahera Persada Legend berhasil melakukan konservasi mineral dengan mengolah bijih nikel berkadar rendah ini menjadi produk bernilai ekonomi dan strategis di Indonesia serta Dunia.
Di dalam proses mengolah bijih limonit jurus yang digunakan adalah inovasi teknologi yang dinamakan High Pressure Acid Leach (HPAL). Teknologi ini menjadi pertama diterapkan di Indonesia dan sudah memproduksi Hydroxide Precipitate (MHP) sebanyak 188.600 WMT selama 1 tahun.
MHP yang dihasilkan akan diolah lebih lanjut menjadi Nikel sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4). Semua produk yang dihasilkan bisa dipakai untuk menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.
Artinya nikel limonit ini sebelumnya tidak termanfaatkan. Akan tetapi, kini punya nilai ekonomis dan mendukung upaya pemerintah dalam transisi energi. Terkait teknologi tersebut membuat Harita Nickel dan wilayah sekitar diberikan apresiasi dari Guru Besar Teknik Metalurgi ITB.
Menururnya teknologi HPAL yang digunakan masih baru di Indonesia. Sementara itu, Technical Support Department Head Harita Nickel menjelaskan proses pengolahan nikel limonit diproses menggunakan bantuan unit autoclave.
Di tempat ini, bijih nikel di proses dengan tekanan suhu tinggi untuk melakukan ekstrak dan kobalt. Prosesnya menggunakan asam sulfat yang berfungsi sebagai sumber untuk menghasilkan MHP.
Sebagai pionir dalam penerapan teknologi ini di Indonesia, tentu memberikan kesempatan baik bagi kalangan anak muda yang ada di sekitar pulau. Sisa hasil olahan tambang ini berbentuk padat, tidak berbahaya dan beracun.
Semua sisa hasil dari tambang akan ditempatkan pada lubang bekas tambang lagi dan sudah mendapatkan izin dari pemerintah pusat (KLHK). Selain penerapan teknologi HPAL yang ramah lingkungan, perusahaan dijadikan benchmark di industri sejenis oleh pemerintah dalam penempatan sisa tambang.